d
Selamat Datang...
Di SMK TKME CIREBON

Rabu, 24 Februari 2010

Janji Seorang Ayah telah mengubah anaknya

Dahulu, pernah ada dua orang kakak beradik masuk dalam kursus kami, keduanya juga kurang begitu bisa mengikuti pelajaran. Ujian sekolah dasar pada umumnya sangat mudah, tanpa persiapan juga rata rata bisa mendapatkan nilai 90-100. Tapi, kedua anak itu dalam setiap ujian di sekolah, selalu hanya mendapatkan nilai 20.

Ayah dari kedua anak itu mengupayakan segala cara agar prestasi kedua anaknya bisa meningkat.

Kemudian, sang ayah mengatakan kepada anaknya: “ kalau saja kalian ada salah satu mata pelajaran yang meningkat, itu sudah bagus, tidak peduli mata pelajaran apa itu, tidak masalah. Aku berharap, minimal ada satu mata pelajaran yang meningkat, apakah kalian bisa berjanji melakukan hal itu demi ayah?

Akhirnya, sang kakak dengan sangat rajin belajar matematika. Ayahnya berjanji selain matematika, mata pelajaran lainnya boleh diabaikan, dan juga memberikan kebebasan bagi dia untuk bermain serta bepergian. Sang ayah sungguh sungguh memegang janjinya. Anak tersebut biasanya hanya suka bermain, tapi kini dia dengan tekun dapat belajar matematika, hingga akhirnya lulus ujian tingkat satu.

Belakangan, kebolehannya dalam mencongak meningkat pesat dibandingkan dengan siapapun. Setidaknya dibandingkan dengan aku, ia lebih cepat puluhan kali lipat. Hanya dengan melihat angka hitungan, dengan langsung ia bisa menjawabnya. Kemampuan itu membangkitkan kepercayaan dirinya, membuat prestasinya dalam berbagai mata pelajaran lain juga perlahan-lahan meningkat.

Saat ini saya baru benar-benar menyadari, asalkan dapat menemukan cara agar anak di salah satu bidang bisa meningkat, itu sudah cukup.

Tapi, berlawanan dengan penampilan sang kakak yang dalam waktu tak lama sudah ada kemajuan, sang adik ternyata sungguh membuat orang pusing kepala. Sewaktu belajar anak ini tidak bisa tenang, dia bahkan sering berdiri. Lagi pula, di saat sang ayah mengatakan padanya: “Asalkan kamu dengan tekun mengerjakan satu hal dengan baik, itu sudah cukup”, namun jawabannya adalah: “aku mau tekun bermain”.

Pada saat itu, jawaban sang ayah sungguh hebat. Meskipun sang ayah sudah dibuat pusing oleh anaknya, namun dia masih mengabulkan permintaan anaknya: “Aku mengabulkan kamu. Kamu boleh bermain dengan sesuka hati, asalkan kamu bermain dengan hati tekun.”

Semenjak itu, anak ini dengan penuh kebebasan pergi bermain kemana mana.

Akhirnya, entah karena perasaan tidak-puasnya di masa lalu terhadap sang ayah yang tidak membiarkannya bermain telah hilang, atau memang dia sudah cukup puas bermain, di kemudian hari saat di sekolah atau di kursus, dia ternyata sudah dapat duduk dengan tenang, tidak suka berdiri lagi, hal ini sangat mengejutkan semua orang. Bahkan, dia sendiri sudah bisa mewujudkan “disaat waktu belajar haruslah belajar dengan tekun”.

Meskipun hanya dengan sebuah janji, ternyata sang ayah mampu merubah sepasang kakak ber-adik ini. Berkat kemampuan mendidik yang mulia dari sang ayah, telah membuat potensi anak yang lama terpendam tampil ke luar.

Sebenarnya, anak manapun juga. Pada dasarnya bukankah mereka mempunyai kemampuan terpendam yang demikian? Tanggung jawab kita sebagai orang tua adalah menggali keluar kemampuan mereka yang terpendam.

Dipetik dari artikel “kebiasaan orang tua menentukan prestasi anak”

[+/-] Selengkapnya...

Syurga Bukan untuk Orang-orang Baik

Orang-orang yang menjadi penghuni syurga adalah orang-orang salah, orang-orang yang tahu kesalahannya dan memperbaikinya. Penghuni neraka adalah orang-orang baik, orang-orang yang berbusung dada dengan semua kebaikannya dan selalu merasa diri sebagai orang baik hingga lupa dengan kesalahannya.

Iya, silahkan untuk tidak percaya dengan neraka. Dan silahkan untuk tidak meyakininya. Tetapi, aku mendengar seorang lelaki tua yang enggan perkenalkan nama, saat bercengkrama di tepi petang, denganku.
“Mereka yang tidak percaya neraka hanya orang-orang yang memiliki mata. Hanya saja kasihan sekali, mereka tidak bisa melihat. Dan kemudian syurga justru akan dihuni oleh banyak sekali maling, oleh penjahat dan oleh beribu pelaku kesalahan” Ujar seorang lelaki yang menyebut dirinya sebagai sahaya Tuhan.
Kucoba bertanya dengan rasa segan,”di kampungku banyak sekali maling. Apakah mereka akan masuk syurga?”
“Iya, mereka akan masuk syurga. Mereka akan ditemani oleh para bidadari yang memiliki tubuh indah yang bangkitkan gairah yang takkan membuat lelah.”
Dalam kedunguanku. Ini gila, bagaimana mungkin seorang penjahat masuk syurga. Atau jangan-jangan aku sendiri yang gila karena gagal memahami yang dimaksudkannya. Aku tercenung, mencoba untuk keluar dari ketololan diri, mencerna dan mereka-reka.
“Kenapa harus bingung. Orang-orang yang masih miliki kepala selalu tahu, syurga memang tidak pernah diciptakan untuk orang-orang baik.” Kalimatnya benar-benar hampir membuat kepalaku pecah hingga otakku berserakan.
“Kau cobalah untuk mencernanya, jika syurga adalah untuk orang baik, maka Tuhan akan sangat kejam ketika melemparkan orang-orang jahat ke neraka. Terdapat substansi, orang-orang baik tidak perlu dirangsang dengan apapun untuk melakukan kebaikan. Dan orang-orang jahat juga hamba Tuhan. Tetapi justru para penjahat yang harus dibujuk dan dirayu untuk bisa tinggalkan kejahatannya dan melakukan kebaikan. Mereka yang sudah baik memang sudah menyatu dengan kebaikannya. Untuk apa lagi Tuhan ganjar mereka dengan berbagai imbalan. Orang-orang baik tidak butuh rayuan apapun.”
Entah mungkin kemampuan otakku yang memang terbatas. Suaranya yang masuk ke telingaku terasa berat untuk merasuk. Dalam hati mencoba memaki kebodohan yang tidak pernah bosan hinggapi jiwaku.
“Bagiku tidak ada manusia yang baik.” Ujarnya seakan menyimpulkan.”Karena pertarungan baik dan buruk tidak hanya berada di luar sana. Tetapi didalam jiwa semua kita. Didalam jiwaku dan didalam jiwamu. Tidak selalu juga kita berhasil untuk melepaskan diri dari kesalahan, bahkan acap dengan sengaja kita ulang-ulang.” Ia terlihat sangat jujur.
Tertarik juga untukku berbicara.”Dulu aku pernah hentikan tahajud-tahajudku. Hanya karena Tuhan tidak bersedia untuk mengajak pulang saja semua penjahat. Tetapi justru Tuhan munculkan sebuah suara didalam diriku, bahwa akupun penjahat. Sudah siapkah untuk pulang? Suara itu acapkali menyindirku. Maka kuhentikan untuk lafalkan doa berisi caci maki.”
“Iya, jika engkau sudah menyadari diri sebagai penjahat. Yakinlah engkau akan masuki syurga. Syurga itu diciptakan untuk penjahat. Untuk penjahat yang tahu bahwa dia adalah seorang penjahat. Dan takkan pernah diberikan pada orang-orang baik yang tidak mau melihat kesalahannya. Percayalah, Tuhan mencintai seseorang bukan karena kebaikan seseorang itu atau keburukannya. Tetapi pada kejujurannya. Engkau jujur pada diri sendiri, kau menjadi bagian hamba yang dicintai-Nya.” Ujarnya sembari mengayunkan langkah kearah matahari tenggelam, dan menghilang.

Aku masih saja terpaku memaksa otak untuk bisa pahami semua kata-katanya. Tetapi dari kejauhan terdengar gema yang semayup,”otakmu tidak selalu bisa pahami kebenaran, kecuali dengan hati. Otak saja yang kau andalkan hanya akan membuatmu angkuh. Dan, kau leluasa menghafal semua alphabet kebenaran hanya jika kau sudah bersedia mendengar dengan kuping yang bertempat di hati.”

by: Zulfikar Akbar

[+/-] Selengkapnya...

Template by : Kendhin x-template.blogspot.com Modified By SijE